Daerah

Saluang Sebagai Seni Tradisional Tetap eksis di Tengah Musik Modern

Tilatang Kamang, BDI – ​Di tengah derasnya arus musik dan lagu modern, sekelompok masyarakat pecinta saluang tradisional di Simpang Empat Jorong Patangahan Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam tetap menjadi primadona bagi komunitas pecinta saluang yang digelar pada malam Minggu, 4 Oktober 2025,

sebagai sarana hiburan yang sempat vakum selama beberapa bulan, sekaligus alat komunikasi, interaksi sosial, dan wadah utama pelestarian budaya lokal.

Kegiatan ini menunjukkan adanya kerinduan masyarakat terhadap kesenian tradisional di tengah gempuran tren musik modern.

​Para pengunjung, yang mayoritas kaum bapak, datang untuk menikmati alunan musik tiup dari bambu tipis tersebut.

Salah seorang penggemar saluang menyatakan bahwa kesenian ini menjadi alternatif hiburan yang masih setia, meskipun penonton harus merogoh kocek untuk mendukung biduan.

Pengunjung lain menambahkan, seni saluang tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sarana untuk bermasyarakat, bersosial, dan mengembalikan memori masa lalu melalui sindiran halus yang disampaikan lewat dendang.

Pertunjukan ini pun sesekali diwarnai dengan candaan dan interaksi dengan biduan, yang mengundang gelak tawa penonton.

​Melalui instrumen sederhana ini, dilantunkan syair-syair puitis yang sarat makna, mulai dari cerita cinta (ratok atau sedih), kritik sosial, hingga nilai moral (pantun mudo atau gembira).

Kedalaman emosi ini menunjukkan kekayaan warisan tak benda lokal yang perlu dijaga kelestariannya. Acara di Simpang Empat Koto Tangah ini menjadi bukti nyata bahwa akar budaya Minangkabau masih eksis dan memiliki peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat.

Baca Juga  Apakah Pokdar Kamtibmas Itu Polisi atau Satpam?

​Menariknya, pertunjukan saluang Simpang Empat jorong Patangahan terlihat dipadukan dengan organ tunggal, sebuah langkah adaptasi yang membuktikan bahwa kesenian ini tetap relevan, menarik, dan mudah diterima oleh berbagai kalangan usia.

Pementasan saluang sebagai ruang edukasi bagi generasi penerus dan arena pertanggungjawaban bagi para seniman.

Saluang berpotensi untuk terus berkembang dan menjadi identitas budaya yang abadi di tengah arus globalisasi.

​Eksistensi Saluang di Nagari Koto Tangah ini terjamin berkat dukungan penuh dari masyarakat adat dan pemerintah nagari, yang memastikan kesenian ini tetap menjadi bagian esensial dari setiap acara adat dan perayaan lokal.

Pagelaran ini bukan hanya sekadar acara seni, melainkan sebuah pernyataan bahwa nilai-nilai budaya luhur masyarakat Minangkabau akan terus hidup dan dilestarikan.

Keberlanjutan Saluang sebagai warisan tak benda lokal kini bergantung pada keyakinan dan upaya generasi penerus untuk menjaganya tetap bernapas.

(MY) .