Analisis SWOT Koperasi Merah Putih di Kotamadya Bukittinggi
Dalam melakukan berbagai kegiatan usaha perlu adanya kajiaan komprehensif sebagai upaya menjaga dan mengantisipasi sekaligus penanganan berbagai hal yang kemungkinan bakal terjadi.
Analisis SWOT Koperasi Merah Putih di Kotamadya Bukittinggi perlu mempertimbangkan konteks kebijakan pemerintah yang sedang gencar mendorong pembentukan Koperasi Kelurahan/Desa Merah Putih (KKMP), serta kondisi ekonomi dan sosial di Bukittinggi.
Sejumlah literatur yang ada menyatakan, Koperasi Merah Putih merupakan program strategis pemerintah pusat (diprakarsai ataubdigagas oleh Presiden RI, H.Prabowo Subianto) yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa/ Nagari dan kelurahan melalui usaha bersama, dengan target ambisius membentuk 80.000 koperasi Merah Putih dari Sabang hingga Merauke.
Di Bukittinggi sendiri, langkah awal telah dimulai dengan tekad yang tak kalah besar, dan per tanggal 26 Mei 2025, Pemko Bukittinggi dikabarkan telah memenuhi target pembentukan Koperasi Merah Putih di 3 kecamatan yang terdiri dari 24 kelurahan.
Berikut adalah analisis SWOT yang bisa diterapkan pada Koperasi Merah Putih di Kotamadya Bukittinggi:
Analisis SWOT Koperasi Merah Putih di Kotamadya Bukittinggi
Kekuatan (Strengths)
- Dukungan Penuh Pemerintah Pusat dan Daerah: Koperasi Merah Putih merupakan program nasional yang didukung penuh oleh pemerintah pusat (melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025) dan diimplementasikan secara agresif oleh Pemerintah Kota Bukittinggi. Ini berarti adanya dukungan regulasi, kebijakan, dan potensi fasilitasi dari pemerintah.
- Meningkatnya Kemandirian Ekonomi Masyarakat: Tujuan utama koperasi ini adalah meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat kelurahan, menyediakan sembako dengan harga murah dan terjangkau, fasilitas simpan pinjam yang mudah diakses, layanan kesehatan, serta fasilitas penyimpanan hasil pertanian dan perikanan serta kegiatan usaha lainnya Hal ini sesuai dengan kebutuhan pokok/ dasar masyarakat.
- Potensi Pemanfaatan Potensi Lokal: Koperasi Merah Putih mendorong pemanfaatan potensi lokal secara maksimal, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan warga, seperti toko sembako, klinik/apotek desa, simpan pinjam, cold storage, hingga unit produksi makanan lokal. Bukittinggi sebagai kota wisata memiliki potensi produk UMKM dan kerajinan tangan yang besar.
- Basis Gotong Royong dan Kekeluargaan: Konsep dan azas koperasi yang berlandaskan gotong royong dan kekeluargaan sangat relevan dengan budaya masyarakat Indonesia, termasuk di Bukittinggi. Hal ini dapat memperkuat ikatan bpersaudaraan dan kebersamaan antar anggota dan keberlanjutan koperasi.
- Digitalisasi dan Pemasaran Online: Adanya tren peningkatan belanja online dan pemanfaatan teknologi digital, serta inisiatif Pemko Bukittinggi seperti portal Toko UMKM, dapat menjadi peluang bagi Koperasi Merah Putih untuk memperluas jangkauan promosi terhadap pasar produk anggotanya melalui platform digital.
- Capaian Target Pembentukan: Pemko Bukittinggi telah memenuhi target pembentukan koperasi di seluruh kelurahan, menunjukkan komitmen dan kecepatan implementasi program.
Kelemahan (Weaknesses)
- Ketergantungan pada Dukungan Pemerintah: Meskipun dukungan pemerintah menjadi energy dan kekuatan, terlalu bergantung pada inisiatif dan pendanaan pemerintah bisa menjadi kelemahan jika dukungan tersebut berkurang di masa mendatang.
- Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola: Keberhasilan koperasi sangat bergantung pada kapasitas, kapabilitas serta integritas pengurus dalam mengelola usaha. Keterampilan manajerial, keuangan, dan pemasaran anggota/pengurus mungkin belum berbanding lurus dan memerlukan pelatihan dan pemberdayaan yang berkesinambungan.
- Skala Usaha Awal yang Kecil: Sebagai koperasi kelurahan yang baru terbentuk, skala usaha mungkin masih kecil dan modal terbatas, sehingga perlu waktu untuk berkembang dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan dan masif.
- Tantangan Persaingan Pasar: Koperasi mesti berkompetisi dengan kegiatan usaha lain yang sudah mapan, baik toko modern (Swalayan, minimarket,..) pasar rakyat, tradisional, maupun penyedia jasa keuangan.
- Potensi Kurangnya Partisipasi Anggota: Kendati berorientasi pada gotong royong dan kekeluagaan, menjaga partisipasi aktif seluruh anggota dalam kegiatan dan pengambilan keputusan koperasi bisa menjadi tantangan.
- Variabilitas Kualitas Produk/Jasa: Kualitas produk atau jasa yang ditawarkan mungkin bervariasi antar kelurahan, tergantung pada potensi lokal dan kemampuan pengelolaan masing-masing koperasi.
Peluang (Opportunities)
- Peningkatan Ekonomi Kerakyatan: Fokus Pemko Bukittinggi pada peningkatan ekonomi kerakyatan melalui program-program seperti Koperasi Merah Putih menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan koperasi.
- Pertumbuhan Sektor UMKM: Bukittinggi dikenal sebagai kota dengan pertumbuhan UMKM yang kuat, terutama di bidang kuliner dan kerajinan. Koperasi dapat menjadi wadah untuk memajukan UMKM lokal dan memperluas pemasaran produk mereka.
- Potensi Pasar Wisatawan: Sebagai kota wisata, Bukittinggi memiliki potensi pasar yang besar dari wisatawan. Koperasi dapat menjual produk-produk khas lokal kepada para wisatawan.
- Akses Permodalan: Adanya program dan fasilitas pembiayaan mikro dari Himbara (bank-bank BUMN) yang menargetkan koperasi dapat menjadi peluang untuk akses permodalan yang lebih mudah.
- Kolaborasi dan Jaringan: Koperasi Merah Putih dapat membangun jaringan dan kemitraan dengan koperasi lain, pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi masyarakat untuk memperkuat posisinya dan mendapatkan manfaat tambahan.
- Pemanfaatan Teknologi: Digitalisasi transaksi melalui QRIS dan platform e-commerce (seperti TokoUMKM Bukittinggi) dapat membuka peluang pasar yang lebih luas dan efisiensi operasional.
Ancaman (Threats)
- Perubahan Kebijakan Pemerintah: Perubahan kebijakan atau prioritas pemerintah di masa depan dapat memengaruhi dukungan terhadap program Koperasi Merah Putih.
- Fluktuasi Harga Pasar: Kenaikan atau penurunan harga bahan baku dan produk secara tidak terduga dapat memengaruhi profitabilitas koperasi, terutama yang bergerak di sektor pangan.
- Persaingan Usaha yang Ketat: Adanya persaingan dari ritel modern, pasar tradisional, serta penyedia jasa keuangan non-koperasi yang lebih besar dan mapan.
- Manajemen Konflik Internal: Potensi munculnya konflik atau ketidaksepahaman di antara anggota atau pengurus dapat menghambat kinerja koperasi.
- Risiko Keuangan: Pengelolaan keuangan yang tidak hati-hati, seperti risiko kredit macet pada simpan pinjam atau manajemen stok yang buruk, dapat mengancam stabilitas keuangan koperasi.
- Perubahan Preferensi Konsumen: Perubahan selera atau preferensi konsumen terhadap produk dan layanan dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk/jasa koperasi.
- Bencana Alam atau Pandemi: Bencana alam atau krisis kesehatan seperti pandemi dapat mengganggu operasional dan keberlangsungan usaha koperasi.
Kesimpulan:
Koperasi Merah Putih di Kota Bukittinggi memiliki potensi besar dan strategis untuk mendorong dan menumbuhkan serta memberdayakan masyarakat, melalui dukungan kuat dari pemerintah. Namun, keberlanjutan dan keberhasilannya akan sangat bergantung pada kemampuan pengurus dan anggota dalam mengelola koperasi secara profesional dan berintegritas dengan memanfaatkan segala potensi dan sumberdaya, serta memitigasi kelemahan dan ancaman yang sewaktu waktu muncul, Fokus pada peningkatan kualitas SDM, diversifikasi usaha, dan pemanfaatan teknologi akan menjadi kunci sukses bagi Koperasi Merah Putih di Bukittinggi.
Penulis: Tuangku Rismaidi
Penulis adalah Mantan Kepala Bagian Perekonomian PEMKO Bukittinggi & Ketua Pendirian PT BPR JAM GADANG, Pernah Komisaris Utama BPR JAM GADANG.
Pernah menjadi Ketua Komisi 2 membidangi Ekonomi & Pendidikan DPRD KOTA BUKITTINGGI.