Daerah

Bukittinggi Siap Punya Pusat Industri UMKM Seminar Nasional 3 Hari Hadirkan Narasumber Nasional

Bukittinggi, BDI – Universitas Fort De Kock Bukittinggi bersama PC P2N Bukittinggi sukses menggelar Seminar Nasional Ekonomi Kerakyatan, Pemberdayaan UMKM Menuju Indonesia Emas 2045 selama tiga hari, menghadirkan narasumber akademisi dan praktisi tingkat nasional. Seminar ini menjadi ajang memperkuat kapasitas pelaku UMKM di Bukittinggi melalui penguatan legalitas, permodalan, dan kemasan produk.

Ketua PC P2N Bukittinggi, Heri Tito Rinaldi, S.H., M.Kn., yang baru lima bulan menjabat, mengatakan kegiatan ini merupakan hasil tindak lanjut raker dan kolaborasi dengan Universitas Fort De Kock.

“Seminar ini kita harapkan menjadi pintu masuk untuk kegiatan lanjutan, agar UMKM dapat mengakses lebih banyak peluang,” ujarnya.

Hari Pertama

Dr. Riyatno, S.H., LL.M. – Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, membahas peluang dan tantangan hilirisasi investasi bagi UMKM.

Dr. Beatrix Benni, S.H., M.Pd., M.Kn. – Notaris Kota Padang dan akademisi Fakultas Hukum, mengulas proses pendirian badan hukum seperti koperasi dan PT, termasuk modal dasar dan prosedur hukum.

Yulius – Tenaga Ahli di Kementerian bidang kewirausahaan, memaparkan strategi menghadapi problem surfing pelaku usaha.

Hari Kedua

Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Silvia Hanani dan Rektor UFBK, menyampaikan dukungan perguruan tinggi dalam penguatan UMKM daerah.

Perwakilan Kanwil Koperasi dan narasumber dari Kementerian di Jakarta (via Zoom), memaparkan kebijakan pembinaan UMKM nasional.

Hari Ketiga

H. Kiyai Jadul Maulana – Pendiri Les Bumi, memberikan inspirasi wirausaha berbasis nilai-nilai spiritual, komunitas, dan pemberdayaan lokal.

Baca Juga  Bukittinggi Jadi Tuan Rumah Muskomwil Apeksi 2025

Kegiatan yang diikuti lebih dari 100 peserta secara daring maupun luring ini fokus pada tiga hal utama: legalitas usaha, akses permodalan, dan mutu kemasan.

Koordinator UMKM Bukittinggi, Arnita, menyebut seminar ini sangat bermanfaat.

“Seminar ini sangat bermanfaat bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Harapan kami, Bukittinggi tidak hanya menjadi tujuan utama wisata, tapi juga contoh kota penghasil produk unggulan dengan pusat industri terbesar di daerah. Sebaiknya kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan setidaknya satu kali setiap bulan,” ungkapnya.

Menurut Heri Tito, persoalan perizinan, modal, dan kendala lainnya dapat diatasi jika ada sinergi kuat antara akademisi, pemerintah, pelaku usaha, dan komunitas. (Toepan)