Sukses Untuk Didedikasikan Untuk Keluarga, Kampung Halaman dan Almamater
Lubuk Basung, BDI – Sukses sudah menjadi impian semua orang didalam perjalanan hidupnya. Banyak lika liku dan jatuh bangun yang harus ditempuh untuk mencapai kesuksesan dalam suatu pekerjaan. Semua perjalanan menjadi sukses sering dijadikan bahan renungan dan contoh bagi banyak orang yang berharap mencapai kesuksesan yang sama dengan orang yang dijadikan sebagai inspirasinya.
Di Indonesia sendiri sudah banyak orang sukses dengan berbagai latar profesi dan caranya untuk mencapai kesuksesan. Namun kisah sukses dari seorang yang memulai segalanya dari minus tentu menjadi inspirasi bagaimana kerasnya perjuangan menjalani hidup seseorang untuk mencapai kesuksesan.
Kita tidak berbicara jauh untuk membahas kisah hidup orang sukses. Salah satu orang yang dinobatkan sebagai salah satu dari 5 orang terkaya di Sumatera Barat bernama Haji Muhammad Yani Kasmir salah satu dari 5 tokoh tersebut menarik perhatian tim BDI untuk mengulik lebih dalam tentang perjalanan hidupnya.
Jika biasanya tim BDI meliput kegiatan M. Kasmir dalam acara resmi, kali ini tim BDI melakukan penelusuran langsung ke kampung halaman hingga almamater dari M. Kasmir untuk mengetahui kisah yang mungkin tidak pernah diketahui oleh khalayak ramai.
Berikut sedikit kisah perjalanan hidup M. Kasmir yang kami rangkum dari berbagai sumber, dan sebagian narasumber meminta tim BDI untuk menyembunyikan identitasnya. Tidak semua kisah perjalanan hidup M. Kasmir mampu kami tuliskan dalam artikel kali ini.
M. Kasmir dengan Keluarganya
Pria kelahiran Lubuk Basung ini terlahir sebagai seorang anak yatim, M. Kasmir menjalani hidup dengan segala kekurangan. Segala bentuk bantuan datang dari pihak keluarganya agar M. Kasmir bisa menyelesaikan pendidikannya. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat SLTP, M. Kasmir melanjutkan pendidikannya ke STM Negeri Bukittinggi. Saat menempuh pendidikan disini M. Kasmir pernah menjadi pembantu rumah tangga di salah satu rumah di Kota Bukittinggi hanya demi bisa tinggal gratis. Untuk menyewa kos, saat itu M. Kasmir tidak sanggup.
Untuk membeli buku-buku pelajaran saja, beliau dibantu oleh keluarga Bako (keluarga bapak) supaya bisa menjalani pendidikan. Pertolongan dari keluarga ini sangat diingat oleh M. Kasmir.
Setelah sukses, M. Kasmir tidak menjadi “kacang yang lupa kulitnya”. Anak dari Bako nya diberikan pekerjaan oleh M. Kasmir. Bahkan ketika salah satu anak Bakonya meninggal, istri dari saudaranya diberikan pekerjaan agar bisa membiayai hidup bersama anak-anak saudaranya.
Bahkan kemenakan kandungnyapun banyak dibiayai oleh beliau untuk pendidikannya. Hal ini bentuk balas budi M. Kasmir kepada semua keluarga yang telah membantu hidupnya hingga menjadi sukses. Bantuan M. Kasmir kepada pihak keluarga dan familinya ini masih berlangsung hingga sekarang.
M. Kasmir juga dikenal sangat menyanyangi keluarganya. Bahkan ibunya sebelum beliau sukses seperti sekarang sering dibawa ke rantau hanya karena M. Kasmir tidak ingin jauh dari orang tuanya. Dan ketika salah seorang saudara kandungnya sakit, M. Kasmir meninggalkan semua pekerjaannya serta memilih mengurus saudaranya di rumah sakit sampai saudaranya akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Tak hanya itu, M. Kasmir ternyata juga sangat menyayangi sosok ayah kandungnya. Walaupun Ayahnya telah duluan meninggal, M. Kasmir mencetak ulang foto ayahnya untuk dipajang di rumahnya di Jakarta. Hal ini dilakukan untuk mengingat sosok ayah yang dulu berprofesi sebagai seorang mantri.
“Sekarang mungkin satu hal yang jadi penyesalan dari M. Kasmir. adalah apa yang telah didapatkannya saat ini tidak bisa dinikmati oleh ibunya” menurut salah seorang narasumber.
M. Kasmir dengan Kampung Halamannya, Sempat diistilahkan “Penculikan Anak Lubuk Basung”
Penculikan tentu sering dikonotasikan sebagai hal negatif, namun berbeda dengan “penculikan” anak muda Lubuk Basung yang dilakukan oleh M. Kasmir.
Salah seorang marasumber mengatakan bahwa dulu sempat orang kampung M. Kasmir membuat istilah “penculikan anak muda Lubuk Basung” yang dilakukan oleh M. Kasmir. Penculikan ini adalah penculikan yang sangat positif.
Nasumber kami mengatakan bahwa dulu M. Kasmir setiap selesai tahun ajaran sekolah sering pulang kampung. Di kampungnya M. Kasmir ketika bertemu dengan anak-anak muda Lubuk Basung sering bertanya
“Lah tamat sakola?” (Sudah tamat sekolah?)
Jika anak tersebut menjawab sudah, M. Kasmir melanjutkan pertanyaannya
“Nio kuliah atau karajo?” (Ingin kuliah atau kerja?)
Kalau si anak menjawab ingin kerja, M. Kasmir akan langsung mengajak anak tersebut bekerja di perusahaannya. Saking banyaknya anak-anak muda Lubuk Basung yang dibawa M. Kasmir ke Arkato (perusahaan milik M. Kasmir), orang kampung membuat pameo “Penculikan Anak”. Mereka diculik M. Kasmir untuk bekerja dan tidak menjadi pengangguran di kampung halamannya.
Tidak sampai disitu, sudah banyak sekali dana pribadi M. Kasmir yang digelontorkannya untuk masyarakat di Lubuk Basung. Yang terbaru adalah M. Kasmir membuka jalan lingkar Lubuk Basung sepanjang 21 kilometer yang didanai sendiri oleh M. Kasmir. Estimasi pekerjaan pembukaan jalan ini akan menghabiskan dana sebanyak 6 miliar rupiah. Untuk perlatan sendiri, M. Kasmir mendatangkan alat berat miliknya untuk percepatan pengerjaan pembukaan jalan.
Ketika pulang kampungpun M. Kasmir tidak lantas “Meninggikan Dagunya” karena sudah sukses. M. Kasmir ternyata tidak pernah menyombongkan diri di kampung halaman. Bahkan ketika masih tenaganya masih kuat, M. Kasmir justru membawa mobil sendiri dan itupun bukan mobil mewah, hanya mobil standar yang biasa dijumpai dijalanan. Dan juga M. Kasmir tidak pernah membawa pengawal pribadi walaupun semuanya bisa diadakannya.
M. Kasmir dengan Almamaternya
Tak hanya untuk keluarga dan kampung halamannya. Hasil penelusuran tim kami ke Alamamater M. Kasmir yaitu STM. N (SMK. N 1) Bukittinggi membuka fakta bahwa M. Kasmir merupakan sosok yang sangat royal kepada almamaternya.
Tidak sedikit yang telah diberikan M. Kasmir kepada almamater yang telah membentuk M. Kasmir menjadi pribadi yang kuat hingga bisa sukses seperti sekarang ini. Mulai dari uang tunai untuk berbagai keperluan, hingga memberikan satu unit alat berat seharga $60.000 USD telah dilakukan M. Kasmir untuk membantu sekolahnya.
Menurut kepala SMK N 1 Bukittinggi Gustian Budiarto, M. Kasmir adalah salah satu alumni yang sangat royal membantu sekolah.
“Pernah satu kali SMK kami ditunjuk menjadi tuan rumah LKS SMK se Sumatera Barat. Mengingat alat yang akan digunakan merupakan pemberian beliau, kami ingin berbasa basi dengan beliau. Saat itu beliau ternyata sedang berada di pedalaman Kalimantan” ucap Gustian.
“Saya kaget dengan respon beliau. Beliau bertanya ‘berapa orang teknisi yang harus saya kirimkan?’. Saya jawab ‘kita dijadikan tuan rumah, bukan untuk perbaikan alat. Kalau bapak sempat, silahkan datang langsung ke sekolah untuk menyaksikan perlombaan” lanjut Gustian.
“Diluar dugaan, pagi-pagi sekali bapak Kasmir nelfon saya dan mengatakan bahwa beliau sudah berada di bandara. Saya tentu kaget dan langsung buru-buru pergi ke sekolah untuk menyambut beliau. Niat kami untuk berbasa basi ternyata beliau benaran hadir ke sekolah saat perlombaan. Ini membuat saya sangat kagum dengan sosok beliau. Walaupun umur beliau jauh diatas saya, tapi demi sekolahnya, beliau bersemangat untuk menempuh perjalan dari pedalaman Kalimantan menuju ke Bukittinggi” timpal Gustian terharu.
“Untuk penerimaan pekerja di Arkatopun, bapak Kasmir sering mengalokasikan kuota khusus penerimaan pekerja dari alumni SMK. N 1 Bukittinggi. Misalnya PT Arkato mengadakan penerimaan 1.000 orang pekerja, bapak Kasmir memberikan kuota 300 orang khusus untuk alumni SMK N 1 Bukittnggi. Hal ini tentu membuka peluang bagi alumni kami. Apalagi sekarang kami sudah membuka jurusan Alat berat, dan jurusan itu sendiri bisa kami buka berkat bantuan dari bapak Kasmir” tambahnya.
“Menariknya lagi, oli untuk alat berat yang telah diberikan oleh bapak Kasmir, sampai saat ini terus disuplai olehnya. Kami juga mengadakan kerjasama antara sekolah denga PT Arkato untuk jurusan alat berat, mulai dari pelatihan guru-guru alat berat, bantuan teknisi dan lain sebagainya. Ini bentuk kerjasama yang sangat baik sekali antara almamater dengan alumninya” tutupnya.
Teman sesama alumni M. Kasmir, Idrus Anwar pun mengatakan kepada kami, jika ingin mengadakan acara di sekolah, baik itu acara alumni ataupun acara sekolah. Para alumni sudah tidak heran kalau M. Kasmir selalu menanggung sekian persen dari biaya pengadaan acara. Persennya pun tidak kecil, biasanya dalam jumlah besar.
Alumni lainnya Pit Kodim juga menyampaikan, M. Kasmir kalau rindu dengan kawan-kawan alumni namun sedang tidak bisa pulang, M. Kasmir sering mengadakan pertemuan alumni atau sekedar acara “bagurau alumni” SMK N 1 Bukittinggi di Villa Arkato miliknya di Jakarta. Semua acara tersebut dibiayai sendiri oleh M. Kasmir.
Demikian sedikit cerita yang bisa tim BDI sampaikan ditengah banyaknya keterangan yang telah kami dapatkan dari berbagai sumber. Semoga kisah M. Kasmir bisa menjadi inspirasi bagi banyak pengusaha sukses dan tidak menjadi “kacang lupa kulitnya”. (Redaksi)