Terbakarnya Rumah di Parak Laweh, Ternyata Menyimpan Misteri Dibaliknya
Misteri Dibalik terbakarnya rumah Gadang Tua tidak terawat dan tak berpenghuni pada Jumat (11 Juli 2025) ternyata terdapat jejak sejarah yang tidak terlupakan karena disana lahir begawan politikus handal yang berani melawan pemerintahan ORBA melalui kritikan tajam.
Ia sekaligus penulis dan pengarang berbagai buku dan literatur sebagai bentuk perlawanan atas kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan hati nuranuraninya.
Rumah yang terbakar di Jorong parak laweh Nagari koto tangah kecamatan tilatang kamang merupakan rumah dari Prof. Dr. Deliar Noer, M.A. yang lahir (9 Februari 1926 – 18 Juni 2008).
Oleh sejumlah tokoh menyebutnya, Deliar Nur sebagai cendekiawan, pemikir, peneliti, dosen, dan politikus terkemuka asal Indonesia.
Ia dikenal sebagai salah satu perintis dasar-dasar pengembangan ilmu politik di Indonesia dan seorang intelektual yang memiliki kapasitas dan integritas tinggi.
Latar Belakang dan Pendidikan:
Deliar Noer lahir di Medan, Sumatera Utara, dari orang tua asal Parak Laweh, Nagari Koto Tangah (Pakan Kamih), Tilatang Kamang, kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Nama kecilnya Muhammad Zubair, namun diganti menjadi Deliar karena menurut kepercayaan dan tradisi lama bila anak sering sakit-sakitan namanya harus diganti.
Ayahnya selalu berpindah-pindah karena alasan pekerjaan membuat Delia kecil menempuh pendidikan di berbagai tempat, termasuk HIS Taman Siswa Tebing Tinggi, MULO Bukittinggi, INS Kayutanam, Tyugakko di Medan, dan SMT (Kolese Kanisius) di Jakarta.
Setelah lulus dari SMT, ia melanjutkan pendidikan di Universitas Nasional. Ia kemudian meraih gelar master (MA) pada tahun 1960 dan doktor (Ph.D.) pada tahun 1963 dari Cornell University, Amerika Serikat.
Disertasinya yang berjudul “Gerakan Islam Modernis di Indonesia 1900-1942” menjadikannya orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor filsafat dalam ilmu politik.
Sejumlah Karier dan Peran:
- Akademisi: Sekembalinya ke Indonesia, Deliar Noer mengajar di berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Sumatera Utara (USU), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) DKI Jakarta, Universitas Indonesia (UI), dan Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Ia pernah menjabat sebagai Rektor IKIP Jakarta dari tahun 1967 hingga 1974. Namun, ia diberhentikan dari jabatannya karena konsistensi politiknya yang kerap mengkritik kebijakan pemerintah Orde Baru, terutama terkait peristiwa Malari.
- Aktivis dan Politikus:
- Ia memulai pengalaman politiknya sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di tingkat cabang Jakarta (1951-1953) dan kemudian di tingkat pusat.
- Pada awal Orde Baru, ia sempat menjadi staf penasihat Presiden Soeharto, namun kemudian mengundurkan diri karena perbedaan ideologi.
- Bersama Mohammad Hatta, ia mendirikan Partai Demokrasi Islam Indonesia, namun partai tersebut tidak disetujui pemerintah.
- Ia dikenal vokal mengkritik kebijakan pemerintah, termasuk “Nasakom” pada era Orde Lama dan asas tunggal Pancasila serta dwifungsi ABRI pada era Orde Baru.
- Pada era reformasi, ia mendirikan Partai Ummat Islam (PUI), namun partai ini tidak berhasil melewati ambang batas parlemen dalam Pemilu 1999.
- Peneliti dan Penulis: Deliar Noer adalah seorang penulis produktif yang menghasilkan banyak karya tentang sejarah dan pemikiran politik Islam di Indonesia. Ia adalah seorang sejarawan Islam yang diakui.
Karya-karya Penting:
Beberapa karya monumental Prof. Dr. Deliar Noer antara lain:
- Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (disertasi doktornya yang sangat berpengaruh)
- Mohammad Hatta: Biografi Politik
- Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965
- Administrasi Islam di Indonesia
- Islam, Pancasila dan Asas Tunggal
- Aku Bagian Ummat Aku Bagian Bangsa (Otobiografi)
- Bunga Rampai dari Negeri Kanguru
- Pemikiran Politik di Negeri Barat
- Pengantar Ke Pemikiran Politik
- Islam dan Masyarakat
- Islam & Politik
Kehidupan Pribadi:
Pada April 1961, Deliar Noer menikah dengan Zahara Daulay di Amerika Serikat. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai dua putra, Muhammad Dian dan Muhammad bin Deliar Noer (putra kedua meninggal saat kecil).
Prof. Dr. Deliar Noer meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada 18 Juni 2008, dalam usia 82 tahun. Ia dikenang sebagai sosok cendekiawan, pendidik, dan pejuang demokrasi yang gigih.
Penulis/Pewarta : YAMAN
Referensi : Berbagai sumber